Wednesday, July 4, 2012

Pekerjaan Terberat bagi Manusia


Pada tahun keempat kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yodoyono masih banyak adanya pengangguran disana-sini. Banyak survei yang menyebutkan bahwa angka pengangguran terbesar justru berada di kota-kota besar. Sebaliknya angka pengangguran terkecil justru berada pada kota-kota kecil atau biasa disebut berada di daerah. Tersedianya lapangan pekerjaan adalah satu-satunya cara untuk mengurangi angka pengangguran baik di kota besar maupun di kota kecil. Disamping tersedianya lapangan pekerjaan, permodalan yang berpihak kepada rakyat kecil khususnya unit Usaha Kecil dan Menengah atau biasa disebut UKM juga akan sedikit banyak mengurai permasalahan pengangguran.

Terlepas tersedianya lapangan pekerjaan bagi orang yang mencari kerja, pada hakikatnya setiap manusia mempunyai pekerjaan terberat dalam kehidupannya. Berat baik bagi yang sudah punya pekerjaan ataupun bagi yang pengangguran. Hakikatnya orang yang masih dikasih nafas di dunia ini mempunyai sesuatu yang dinamakan kebutuhan hidup. Semakin banyak fasilitas yang tersedia maka semakin besar pula kebutuhan hidup yang harus dipenuhinya. Sebaliknya semakin kecil fasilitas yang tersedia untuk kebutuhan hidup seseorang maka semakin besar pula usaha yang dikeluarkan untuk memenuhi fasilitas yang masih kecil tersebut. Justru inilah pekerjaan terberat bagi manusia ketika pola kehidupannya sebagaimana orang Jawa mengatakan kurang nriman.

Setidaknya kurang nrimannya manusia banyak dipengaruhi oleh keinginan, keinginan banyak dipengaruhi oleh
olah pikir manusia sekarang yang mempunyai paham konsumerisme bahkan banyak yang telah berbudaya hedonisme. Yang paling parah lagi jika kemudian keinginan yang menjadi hasil dari olah pikir konsumerisme dan hedonisme ditumpangi oleh nafsu yang selalu siap siaga menerkam si pemilik nafsu jika sewaktu-waktu mereka lengah dan mau coba-coba memenuhi keinginan nafsu. Jika demikian keadaannya nafsu tak akan mundur selangkahpun untuk melepaskan orang yang sudah mau menurutinya. Semakin dia mencoba melepaskan diri dari nafsu maka semakin kuat pula sang nafsu jahat memeganginya. Hanya keinginan yang kuat dibantu taufiq, inayah dan hidayahnya Alloh Swt.-lah yang bisa melepaskan si empunya dari nafsu yang telah erat membelenggunya.

Memang pada kenyataannya dan pada asal muasalnya, disamping sisi gelap dari nafsu terdapat juga sisi terang dari nafsu. Demikian juga masih banyak orang yang menggunakan sisi terang dari nafsunya. Akan tetapi jika masih nafsu yang digunakan, sebaik-baiknya nafsu mengajak ke arah kebaikan pada akhirnya akan menyesatkan juga. Sebagai contohnya, orang yang melakukan kebaikan apapun bentuknya atas dasar nafsu akan kemudian silau dengan perbuatan baiknya itu sendiri. Dia menjadi silau atas amal baiknya sendiri dan jatuhnya amal yang seharusnya menjadikannya lebih baik karena didasari oleh nafsunya justru membuat dia berbuat jelek dengan menyombongkan amalnya dan menghina orang yang belum melakukan kebaikan. Inilah yang telah digariskan oleh Imam Ibnu ‘Athoillah, bahwa amal baik pada hakikatnya belum dikatakan baik jika kemudian si empunya amal baik menyombongkan amalnya dan menghina orang yang belum mampu berbuat baik.

Sebaliknya, Imam Ibnu ‘Athoillah juga menggariskan bahwa orang yang masih berbuat jelek pada hakikatnya berbuat baik ketika dia merasa hina dihadapan Alloh Swt. dan menghargai orang yang berbuat baik sehingga dia berusaha dengan darahnya untuk menjadi orang baik di hadapan Alloh Swt. Maka tak salah orang Jawa mengatakan, “Luweh apik bekase maling ketimbang bekase santri utowo kiai”. Yang kurang lebih mengandung maksud bahwa orang yang selalu dan terus berbuat jelek kemudian dengan pertolongan Alloh Swt. dia menjadi baik akan jauh lebih mulia daripada orang yang telah lama berbuat kebajikan kemudian atas kesalahan pribadinya sendiri menjadi jelek dimata manusia dan tentunya dimata Alloh Swt. Namun demikian bagi kita yang telah lama berusaha menjadi baik kurang bijak rasanya jika kita mencoba-coba untuk berbuat jelek dahulu kemudian berbuat lebih baik untuk mengejar status baik sejati.

Pemahaman yang bijak dari statement diatas adalah bahwa orang yang berbuat baik saja belum tentu diterima dan dinilai baik oleh Alloh Swt. karena adanya kecerobohan apalagi orang yang mencoba berbuat jelek. Tentunya butuh kekuatan yang luar biasa dan hanya pertolongan Alloh Swt.-lah yang mampu merubah kejelekan yang telah menjadi karakter kehidupan baik bagi orang yang telah lama berbuat baik apalagi orang yang masih dikalahkan dirinya untuk selalu berbuat jelek.

Pada akhirnya, tidak salah jika kita sebagai manusia yang tercipta lemah yang dikaruniai sisi gelap dan sisi terang dari nafsu atau keinginan, ketika secara manusiawi memenuhi keinginan kita yang normatif dan rasional maka sepastanyalah untuk menggunakan sisi terang dari keinginan kita. Sehingga walaupun sisi terang tersebut masih mengandung kelemahan jika kita tidak hati-hati memenuhinya, paling tidak hanya keinginan yang baik sajalah yang kita kerjakan mati-matian untuk memenuhi pekerjaan kita yang terberat. Kemudian hanya kepada Alloh Swt.-lah kita meminta selalu diberi keinginan yang Beliau ridloi sehingga kita tidak salah dalam melaksanakan pekerjaan terberat bagi kita. Dan sebagai puncak dari pekerjaan terberat ini adalah hasil yang benar-benar sesuai dengan apa yang Alloh Swt. inginkan. Amiin ya Robbal ‘Alamiin. Wallohu ‘Alamu bis Showab.

No comments:

Post a Comment