Sering kita bertanya
kemana Tuhan, apa yang dilakukan Tuhan kepada kita, apa lagi yang dikehendaki
Tuhan ketika kita menghadapi masalah yang menurut perasaan kita pelik, tak
berujung dan tak ada jalan keluarnya. Sekaligus pertanyaan-pertanyaan lain yang
kemudian membuat masalah yang seharusnya biasa dan mudah dipecahkan menjadi
masalah yang ruwet karena kita menjadikannya demikian, sering juga kita
banggakan dengan menceritakannya kepada orang lain agar orang menjadi sayang
dan asih kepada kita. Satu hal yang benar secara manusiawi namun kurang bijak
dilihat dari sisi Islami yang salafi.
Sayang dan asih
orang memang akan muncul ketika orang lain tersebut semakin tahu dan mengenal
tentang kita sebagaimana pepatah yang sering diucapkan orang tak kenal maka tak
sayang. Namun demikian sisi ke-Tuhanan kita akan menjadi semakin tertutup
dengan banyaknya kita mengeluh. Justru dengan kita tidak banyak mengeluh Tuhan
akan semakin asih dan akan semakin sayang kepada hamba-Nya yang tidak mudah
leleh dan menyerah. Bukan hal yang mudah dilakukan, tetapi bukan hal yang berat
kalau kita memaksimalkan diri untuk mencoba dan berusaha menjadi hamba sempurna
dihadapan Alloh Swt. yang kasih dan sayang-Nya tak bersyarat dan tidak minta
imbal balik kasih sayang dari kita.
Sebagai
kontekstualisasi atas paparan diatas, ada alkisah yang patut kita cermati dan
kita jadikan sebuah pelajaran berharga. Tersebutlah seorang yang hidup dengan
seorang istri cantik dan anak putri yang juga dikaruniai kecantikan oleh Alloh
Swt. dan segera menyusul anak yang sedang dikandung dalam rahim istrinya. Mereka
hidup damai dalam kebahagiaan keluarga kecil yang tinggal ditengah hiruk
pikuknya kota paling timur Nganjuk. Sang bapak membanting tulang berusaha
memenuhi kewajibannya sebagai pemimpin rumah tangga yang adil dan bijaksana
sementara sang istri dengan setia dan sayang dengan caranya membantu sang ayah
agar bahtera rumah tangga berjalan sesuai dengan kesepakatan yang telah lama
dibangun. Tak kalah indahnya sang putri cantik juga menunjukkan keceriaannya
dengan banyaknya teman yang hadir dan bermain dirumahnya.
Pelajaran hidup
dimulai ketika sang ayah terlibat kecelakaan yang melibatkan seorang guru
perempuan yang pada akhir segmen cerita kecelakaan ini guru ini kemudian
meniggal dunia. Sang ayah berusaha tegar dan tak menyerah dengan keadaan yang
melibasnya, hingga urusan dengan kepolisian belum benar-benar selesai datanglah
kasih sayang Tuhan yang lain ketika sang istri yang sedang mengandung mengalami
sakit Thypus dan harus dilarikan ke Rumah sakit. Hari demi hari terasa
menyesakkan dan secara alamiah orang tua akan juga merasakan hal yang sama
sehingga jauh-jauh dari Surabaya dengan tanpa mengindahkan kondisi mereka yang
rentan termakan usia datang menjenguk bahkan menunggui dan merawat menantunya
yang dikasihi dan dicintainya.
Singkat cerita
ketika sang istri dinyatakan sehat dan diperbolehkan pulang oleh dokter yang
merawatnya, bab lain dari rencana Tuhan mulai dijalankan oleh-Nya. Terjadilah
kesalah pahaman diantara keluarga, kesalah pahaman yang mengarah ke harga diri
keluarga masing-masing. Perjalanan pulang dari rumah sakit yang berarti
kesembuhan dan yang seharusnya disambut dengan suka cita pada akhirnya disambut
dengan sedikit urat saraf emosi yang menegang disana sini. Ternyata seiring
menegangnya urat saraf emosi, rencana Tuhan yang lain dilaksanakan oleh-Nya
secara bersamaan. Ketika orang tua sang ayah pulang dengan membawa letih dan
lesu yang tak karuan kapan akan hilang karena faktor usia, bukan apresiasi positif
yang ditunjukkan oleh beberapa pihak, akan tetapi apresiasi negatif yang
ternyata berkaitan dengan permasalahan harga diri keluarga yang mencapai
puncaknya. Harga yang harus dibayar oleh orang tua untuk membahagiakan anaknya.
Akhir dari chapter cerita
harga diri ini ternyata tidak mudah berakhir seperti bagian cerita yang lain,
kristalisasi nafsu emosi dari berbagai pihak keluar dan mencapai titik
kulminasinya yang kemudian menghasilkan cita-cita bahkan sudah sedikit
terimplementasikan ke perbuatan yang tidak pantas dilakukan oleh orang yang
telah lama mengenal, telah lama mencintai dan telah lama berbagi suka, berbagi
duka, singkat kata berbagi pahit manisnya kehidupan bahkan sejak mereka menimba
ilmu. Semoga mereka tidak lupa akan manisnya masa-masa dimana bukan emosi yang
bicara tetapi hati nurani yang bicara. Semoga mereka tidak menyesali akan
taqdirnya Alloh Swt. yang telah Alloh Swt. jalankan untuk mereka yang berarti
itu yang terbaik buat mereka bukan terbaik buat keinginan dan logika mereka.
Bukankan Alloh Swt. punya sifat Al Qohhar yang berarti memaksa dan punya
implementasi Alloh Swt. bertindak seperti kata orang Jawa “sak karepe dewe”.
Alloh Swt. punya keinginan dan perhitungan sendiri terhadap hamba-Nya dan kalau
sudah demikian tidak ada kaitannya dengan do’a, dzikir bahkan amal kita. Justru
ini bentuk kasih sayang Alloh Swt. yang tidak bersyarat dan tidak minta imbal
balik dari hamba-Nya.
Sebagai ilustrasi
dari sifat “sak karepe dewe”-nya Alloh Swt. adalah ketika kita sebagai
orang tua yang mempunyai anak kecil yang berumur 2 – 3 tahun yang sedang
lucu-lucunya digoda menunjukkan kasih sayang kita dengan membekap erat sang
anak sampai meronta-ronta minta dilepaskan kemudian akhirnya sang anak menangis
sejadi-jadinya karena kita goda bukan karena kita benci kepada anak akan tetapi
karena saking sayang dan gemesnya kita kepada anak kita itu. Bentuk perbuatan “sak
karepe dewe” orang tua yang justru menunjukkan kasih sayangnya yang teramat
luar biasa kepada sang anak. Begitupun Alloh Swt. karena saking gemesnya dan
saking sayangnya kepada hamba-Nya, jangan-jangan kita sebagai hamba yang taat
sedang dibekap erat sama Alloh Swt. lewat perjalanan taqdir yang dijalankan
oleh-Nya. Jangan-jangan kita sedang “dikudang” kata orang Jawa oleh
Alloh Swt. sehingga Alloh Swt. ingin melihat kita meronta-ronta hingga kita
menangis meminta kepada-Nya meninggalkan segala bentuk kesombongan dan
kejengahan kita dalam berbagai bentuknya baik kita sadari dan sering kita tidak
menyadarinya bahwa kita telah sombong dan berbuat jengah kepada Alloh Swt.
Jangan-jangan karena
saking gemesnya Alloh Swt. kepada sang ayah, Alloh Swt. sekarang sedang
membekapnya dengan erat dan ingin melihatnya menangis kemudian ingin melihatnya
memurnikan kembali penghambaannya kepada Alloh Swt. Kasih sayang Alloh Swt
dengan cara dan waktu yang Beliau kehendaki dan yang Beliau inginkan, kita
tidak akan pernah tahu rahasia yang sedang dijalankan oleh Alloh Swt. Apapun
yang sedang Alloh Swt jalankan kepada kita semoga kita ridlo dengan Alloh Swt.
dan dengan begitu menjadikan kita tidak mudah mengeluh bahkan parahnya tidak
mudah leleh untuk selalu menghamba kepada-Nya, semoga. Amiin ya robbal
‘alamin. Wallohu ‘alamu bis showab.

No comments:
Post a Comment