Tuesday, June 26, 2012

Kasih Sayang Tuhan Kepada Hamba-Nya


Sering kita bertanya kemana Tuhan, apa yang dilakukan Tuhan kepada kita, apa lagi yang dikehendaki Tuhan ketika kita menghadapi masalah yang menurut perasaan kita pelik, tak berujung dan tak ada jalan keluarnya. Sekaligus pertanyaan-pertanyaan lain yang kemudian membuat masalah yang seharusnya biasa dan mudah dipecahkan menjadi masalah yang ruwet karena kita menjadikannya demikian, sering juga kita banggakan dengan menceritakannya kepada orang lain agar orang menjadi sayang dan asih kepada kita. Satu hal yang benar secara manusiawi namun kurang bijak dilihat dari sisi Islami yang salafi.

Sayang dan asih orang memang akan muncul ketika orang lain tersebut semakin tahu dan mengenal tentang kita sebagaimana pepatah yang sering diucapkan orang tak kenal maka tak sayang. Namun demikian sisi ke-Tuhanan kita akan menjadi semakin tertutup dengan banyaknya kita mengeluh. Justru dengan kita tidak banyak mengeluh Tuhan akan semakin asih dan akan semakin sayang kepada hamba-Nya yang tidak mudah leleh dan menyerah. Bukan hal yang mudah dilakukan, tetapi bukan hal yang berat kalau kita memaksimalkan diri untuk mencoba dan berusaha menjadi hamba sempurna dihadapan Alloh Swt. yang kasih dan sayang-Nya tak bersyarat dan tidak minta imbal balik kasih sayang dari kita.

Sebagai kontekstualisasi atas paparan diatas, ada alkisah yang patut kita cermati dan kita jadikan sebuah pelajaran berharga. Tersebutlah seorang yang hidup dengan
seorang istri cantik dan anak putri yang juga dikaruniai kecantikan oleh Alloh Swt. dan segera menyusul anak yang sedang dikandung dalam rahim istrinya. Mereka hidup damai dalam kebahagiaan keluarga kecil yang tinggal ditengah hiruk pikuknya kota paling timur Nganjuk. Sang bapak membanting tulang berusaha memenuhi kewajibannya sebagai pemimpin rumah tangga yang adil dan bijaksana sementara sang istri dengan setia dan sayang dengan caranya membantu sang ayah agar bahtera rumah tangga berjalan sesuai dengan kesepakatan yang telah lama dibangun. Tak kalah indahnya sang putri cantik juga menunjukkan keceriaannya dengan banyaknya teman yang hadir dan bermain dirumahnya.

Pelajaran hidup dimulai ketika sang ayah terlibat kecelakaan yang melibatkan seorang guru perempuan yang pada akhir segmen cerita kecelakaan ini guru ini kemudian meniggal dunia. Sang ayah berusaha tegar dan tak menyerah dengan keadaan yang melibasnya, hingga urusan dengan kepolisian belum benar-benar selesai datanglah kasih sayang Tuhan yang lain ketika sang istri yang sedang mengandung mengalami sakit Thypus dan harus dilarikan ke Rumah sakit. Hari demi hari terasa menyesakkan dan secara alamiah orang tua akan juga merasakan hal yang sama sehingga jauh-jauh dari Surabaya dengan tanpa mengindahkan kondisi mereka yang rentan termakan usia datang menjenguk bahkan menunggui dan merawat menantunya yang dikasihi dan dicintainya.

Singkat cerita ketika sang istri dinyatakan sehat dan diperbolehkan pulang oleh dokter yang merawatnya, bab lain dari rencana Tuhan mulai dijalankan oleh-Nya. Terjadilah kesalah pahaman diantara keluarga, kesalah pahaman yang mengarah ke harga diri keluarga masing-masing. Perjalanan pulang dari rumah sakit yang berarti kesembuhan dan yang seharusnya disambut dengan suka cita pada akhirnya disambut dengan sedikit urat saraf emosi yang menegang disana sini. Ternyata seiring menegangnya urat saraf emosi, rencana Tuhan yang lain dilaksanakan oleh-Nya secara bersamaan. Ketika orang tua sang ayah pulang dengan membawa letih dan lesu yang tak karuan kapan akan hilang karena faktor usia, bukan apresiasi positif yang ditunjukkan oleh beberapa pihak, akan tetapi apresiasi negatif yang ternyata berkaitan dengan permasalahan harga diri keluarga yang mencapai puncaknya. Harga yang harus dibayar oleh orang tua untuk membahagiakan anaknya.

Akhir dari chapter cerita harga diri ini ternyata tidak mudah berakhir seperti bagian cerita yang lain, kristalisasi nafsu emosi dari berbagai pihak keluar dan mencapai titik kulminasinya yang kemudian menghasilkan cita-cita bahkan sudah sedikit terimplementasikan ke perbuatan yang tidak pantas dilakukan oleh orang yang telah lama mengenal, telah lama mencintai dan telah lama berbagi suka, berbagi duka, singkat kata berbagi pahit manisnya kehidupan bahkan sejak mereka menimba ilmu. Semoga mereka tidak lupa akan manisnya masa-masa dimana bukan emosi yang bicara tetapi hati nurani yang bicara. Semoga mereka tidak menyesali akan taqdirnya Alloh Swt. yang telah Alloh Swt. jalankan untuk mereka yang berarti itu yang terbaik buat mereka bukan terbaik buat keinginan dan logika mereka. Bukankan Alloh Swt. punya sifat Al Qohhar yang berarti memaksa dan punya implementasi Alloh Swt. bertindak seperti kata orang Jawa “sak karepe dewe”. Alloh Swt. punya keinginan dan perhitungan sendiri terhadap hamba-Nya dan kalau sudah demikian tidak ada kaitannya dengan do’a, dzikir bahkan amal kita. Justru ini bentuk kasih sayang Alloh Swt. yang tidak bersyarat dan tidak minta imbal balik dari hamba-Nya.

Sebagai ilustrasi dari sifat “sak karepe dewe”-nya Alloh Swt. adalah ketika kita sebagai orang tua yang mempunyai anak kecil yang berumur 2 – 3 tahun yang sedang lucu-lucunya digoda menunjukkan kasih sayang kita dengan membekap erat sang anak sampai meronta-ronta minta dilepaskan kemudian akhirnya sang anak menangis sejadi-jadinya karena kita goda bukan karena kita benci kepada anak akan tetapi karena saking sayang dan gemesnya kita kepada anak kita itu. Bentuk perbuatan “sak karepe dewe” orang tua yang justru menunjukkan kasih sayangnya yang teramat luar biasa kepada sang anak. Begitupun Alloh Swt. karena saking gemesnya dan saking sayangnya kepada hamba-Nya, jangan-jangan kita sebagai hamba yang taat sedang dibekap erat sama Alloh Swt. lewat perjalanan taqdir yang dijalankan oleh-Nya. Jangan-jangan kita sedang “dikudang” kata orang Jawa oleh Alloh Swt. sehingga Alloh Swt. ingin melihat kita meronta-ronta hingga kita menangis meminta kepada-Nya meninggalkan segala bentuk kesombongan dan kejengahan kita dalam berbagai bentuknya baik kita sadari dan sering kita tidak menyadarinya bahwa kita telah sombong dan berbuat jengah kepada Alloh Swt.

Jangan-jangan karena saking gemesnya Alloh Swt. kepada sang ayah, Alloh Swt. sekarang sedang membekapnya dengan erat dan ingin melihatnya menangis kemudian ingin melihatnya memurnikan kembali penghambaannya kepada Alloh Swt. Kasih sayang Alloh Swt dengan cara dan waktu yang Beliau kehendaki dan yang Beliau inginkan, kita tidak akan pernah tahu rahasia yang sedang dijalankan oleh Alloh Swt. Apapun yang sedang Alloh Swt jalankan kepada kita semoga kita ridlo dengan Alloh Swt. dan dengan begitu menjadikan kita tidak mudah mengeluh bahkan parahnya tidak mudah leleh untuk selalu menghamba kepada-Nya, semoga. Amiin ya robbal ‘alamin. Wallohu ‘alamu bis showab.

No comments:

Post a Comment