Thursday, May 17, 2012

Cara Unik Tuhan Mendidik Hamba-Nya

Senin, 14 Mei 2012 adalah hari yang tidak akan pernah terlupakan bagi seorang fakir yang tinggal dan dibesarkan disebuah wilayah timur kabupaten Nganjuk. Hari dimana dia mendapatkan pendidikan yang unik dari Alloh Swt. secara langsung lewat sebuah kecelakaan kecil.

Cerita bermula ketika si fakir pergi ke Tambakberas Jombang untuk sedikit kepentingan, dia berangkat tepat ketika jarum jam menunjukkan pukul 11.30 siang. Dengan tergesa-gesa dia menuju tempat tujuan dengan pertimbangan bahwa mendung tanda hujan dilangit kelihatan menggulung-gulung tak mau pergi terkena kibasan angin kencang. Dan benar saja  hanya 30 menit waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Ketika urusan sudah selesai jam menunjukkan 12.35 WIB, si fakir kemudian memutuskan pulang.

Berbeda dengan ketika dia berangkat, perjalanan pulang dia tempuh dengan hati tenang. Namun ketenangan yang dirasakan tidak bertahan lama ketika sampai di wilayah timur Denanyar Jombang si fakir gelap mata dan terjadilah kecelakaan yang melibatkan si fakir dengan seorang tua yang akan menjemput anaknya pulang dari sekolah. Perdebatan kecil terjadi antara si fakir dan sang tua untuk memperebutkan apa yang kebanyakan orang cari yaitu kebenaran. Argumentasi saling dilempar, tidak ada yang mau mengalah bahkan jadi ajang tontonan orang. Pendidikan Tuhan yang pertama diterima oleh si fakir bahwa
yang mutlak kebenarannya adalah Alloh Swt. sendiri.

Singkat cerita, ketika perdebatan kecil ditengahi oleh orang yang dikirim Tuhan menemui jalan terang, maka si fakir pulang merawat luka yang tersisa di badan. Seperti lazimnya luka dibadan, sesaat ketika luka baru datang maka tidak banyak yang bisa dirasakan. Petang menjelang, luka dibadan mulai terasa menyesakkan. Malam berganti siang dan rasa luka dibadan pun juga tak mau menghilang. Si fakir mulai merasa tak tenang. Ketidaktenangan si fakir mulai merambah daerah peribadatan si fakir ketika Tuhan kembali menunjukkan pendidikan-Nya.

Ketika kebanyakan orang merasa berat dan mencari pembenaran diri untuk tidak beribadah kepada-Nya, maka Alloh Swt. menjelaskan dengan gamblang bahwa apakah yang mengaku kaya malas beribadah karena alasan kesibukannya. Alloh Swt. mengingatkan orang kaya tersebut dengan fakta bahwa Nabi Sulaiman a.s. saja yang kayanya tiada banding sehingga sekarang saja masih mau dan selalu ta’at dan tekun beribadah, walau Sulaiman a.s. juga disibukkan dengan kekayaaan.

Tidak hanya orang kaya saja yang malas beribadah, bahwa orang yang mengaku karyawan atau orang Jawa bilang ‘buruh’ juga dengan pembenarannya menjadi malas beribadah. Pendidikan ketiga yang ditunjukkan Alloh Swt. mengingatkan si fakir untuk bangkit dari keterputurukan. Bahwa Nabi Yusuf a.s. yang menjadi karyawan dan pembantunya raja Mesir saja masih selalu dan terus berdisiplin dalam beribadah, menghamba kepada-Nya bahkan ketika dia terpaksa masuk penjara.

Disamping orang kaya dan karyawan, secara luas derajat yang satu ini juga jadi alat pembenaran untuk tidak mau dan malas beribadah. Derajat tersebut adalah derajat kemiskinan. Bagaimana mau beribadah kalau keadaan kita miskin, alasan inilah yang sering dipakai sebagai argumentasi pembenaran orang yang miskin untuk tidak mau dan malas beribadah. Alloh Swt. mengingatkan, tidakkah mereka orang miskin belajar dari kisah Nabi Isa a.s. Tidak ada orang yang paling miskin di dunia ini kecuali Nabi Isa a.s., jangankan harta benda yang melimpah ruah, istri saja beliau tidak punya karena saking miskinnya. Akan tetapi kemiskinan yang beliau alami tidak menjadi penghalang bagi beliau untuk tetap ta’at dan berdisiplin dalam beribadah.

Pelajaran Tuhan yang keempat benar-benar menohok bagi si fakir. Pendidikan itu adalah bahwa disamping orang kaya, karyawan atau buruh atau apapun istilahnya dan orang miskin, banyak orang yang tidak mau ta’at dan malas dalam beribadah dengan menggunakan pembenaran bahwa dia adalah orang yang dalam keadaan sakit. Bagaimana bisa beribadah dengan sempurna kalau sakit tak mau menghilang dari jasmani manusia yang lemah. Alloh Swt. mengingatkan orang yang menggunakan pembenaran sakit untuk tidak ta’at dan malas beribadah dengan kisah Nabi Ayub a.s., bahwa Nabi Ayub a.s. saja yang didera sakit tidak hanya dirinya bahkan keluarga yang beliau cintai meninggalkan alam baka karena sakit masih ta’at dan tidak malas untuk tetap beribadah kepada Alloh Swt.

Bukankah manusia diciptakan di dunia ini hanya untuk beribadah, bukankan Alloh Swt. sudah mentitahkan hal tersebut dalam sabdanya di dalam Al Qur’an surat Adz Dzaariyat ayat 56 yang berbunyi, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. Bukankah ketika sebelum roh ditiup ke seorang jabang bayi, sang makhluq sudah berjanji untuk selalu ta’at dan menyembah kepada Alloh Swt. Bukankah setiap bayi yang lahir ke dunia ini lahir dalam keadaan fitrah yang berarti suci untuk menghadap Dzat Yang Maha Suci. Lalu siapa yang salah? Tak lain dan tak bukan adalah individu manusia itu sendiri dengan segala argumentasi pembenaran yang dihasilkan dari olah pikiran kotor dan bahkan parahnya lagi dibumbui dengan dalil-dalil naqli yang dipaksa dicocokkan dengan hawa nafsunya belaka.

Sungguh pendidikan yang luar biasa yang di berikan Alloh Swt. kepada si fakir. Pendidikan yang unik dengan cara yang unik pula. Semoga pendidikan unik Alloh Swt. kepada si Fakir lewat sakit yang masih terasa sehingga sekarang bisa benar-benar membangkitkan si fakir dari keterpurukan malas dan tidak ta’at dalam menghamba kepada-Nya. Semoga apapun dan bagaimanapun cara Alloh Swt. mendidik hamba-Nya, kita sebagai hamba Alloh Swt. yang lemah diberi pertolongan untuk selalu mampu mengambil langkah yang benar-benar tepat dan di ridloi oleh Alloh Swt. Yang Maha Memaksa (Al Qohhar) dan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang (Ar Rohman dan Ar Rohiim). Amiiin. Wallohu ‘alamu bis showab

No comments:

Post a Comment