Wednesday, July 11, 2012

Ramadhan Ditengah Budaya Kosmopolitan


Fenomena datangnya bulan Ramadhan yang akan jatuh beberapa hari lagi, selalu memunculkan budaya yang unik di masyarkat kosmpolitan (kota). Sebuah budaya yang menampilkan tipikal khas masyarakat kota dan pola interaksi sosial tingkat elite. Di Indonesia, budaya seperti ini sesungguhnya telah menunjukan perkembangan dalam kurun waktu yang telah lama. Hanya kalau kita amati kita dapat melihat perkembangan yang semakin intensif. Baik dalam kuantitas, keragaman corak ekspresinya dan yang tak kalah pentingnya wilayah penyebarannya yang telah sampai pada masyarakat endemik pedesaan.

Kemudian hal lain yang menonjol adalah, fenomena yang juga hampir mendera semua dimensi dan aspek kehidupan. Baik itu aspek sosial, bisnis, hiburan, ekonomi, hingga politik. Dalam kontek ini, Ramadhan disatu sisi, dan ritual puasa di sisi yang lain, kemudian seakan menjadi media yang efektif yang dimanfaatkan secara maksimal guna mencapai beberapa orientasi yang sifatnya oportunistik-pragmatis. Banyak kalangan menilai bahwa momen suci Ramadhan ini menyimpan  potensi efektif, guna dimanfaatkan untuk pencapaian sebuah kepentingan tertentu. Lebih dari itu, kesadaran paradigmatik kaum muslimin yang begitu mengagung-agungkan momen puasa secara simbolik, dilihat secara jeli sebagai potensi yang tak boleh dilepaskan begitu saja.

Fenomena kehadiran budaya kosmopolitan sebagai sebuah fenomena yang telah berkembang luas di masyarakat kita sebagai imbas dari pemahaman keagamaan yang terlalu menekankan pada permainan ruang simbol. Disini bisa dipaparkan beberapa potret yang  hadir ditengah-tengah masyarakat kita.

Pertama, dalam aspek sosial. Pada bulan Ramadhan, yang ditandai dengan

Wednesday, July 4, 2012

Islam adalah Pembebasan





Jika kamu menolong (demi ridlo) Tuhan, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu (QS. Muhammad [47]:7)




Farid Esack, begitulah masyarakat muslim di Afrika Selatan memanggilnya. Dia adalah perpaduan yang sempurna dari seorang mujahid (pejuang) dan mujtahid (pembaharu pemikiran Islam). Sebagai seorang doktor di Bidang Tafsir al-Qur’an dan mengajar di Universitas Western Cape, Afrika Selatan, dia bukanlah tipe ulama dan akademisi yang hanya berada diantara tumpukan buku dan kitab-kitab klasik, tetapi juga memiliki komitmen untuk memperjuangkan problem kemanusiaan yang menimpa rakyat Afrika Selatan yang waktu itu berada di bawah rezim Apharteid yang rasis dan represif.

Namun, sebagai intelektual muslim, dia sangat diakui kepakarannya. Salah satu karya emasnya di bidang tafsir yaitu Membebaskan Yang Tertindas; Al-Qur’an, Liberasi, Pluralisme (Mizan: 2000). Buku ini terbilang baru, karena tidak hanya menawarkan tafsir sebagai pemahaman belaka, sebagaimana layaknya buku-buku tafsir lain, melainkan tafsir sebagai perangkat (tool) pembebasan dan perubahan sosial.

Disamping menawarkan metodologi tafsir, dalam buku tersebut Farid Esack juga menggambarkan betapa biadabnya rezim Apharteid. Mereka memperlakukan

Pekerjaan Terberat bagi Manusia


Pada tahun keempat kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yodoyono masih banyak adanya pengangguran disana-sini. Banyak survei yang menyebutkan bahwa angka pengangguran terbesar justru berada di kota-kota besar. Sebaliknya angka pengangguran terkecil justru berada pada kota-kota kecil atau biasa disebut berada di daerah. Tersedianya lapangan pekerjaan adalah satu-satunya cara untuk mengurangi angka pengangguran baik di kota besar maupun di kota kecil. Disamping tersedianya lapangan pekerjaan, permodalan yang berpihak kepada rakyat kecil khususnya unit Usaha Kecil dan Menengah atau biasa disebut UKM juga akan sedikit banyak mengurai permasalahan pengangguran.

Terlepas tersedianya lapangan pekerjaan bagi orang yang mencari kerja, pada hakikatnya setiap manusia mempunyai pekerjaan terberat dalam kehidupannya. Berat baik bagi yang sudah punya pekerjaan ataupun bagi yang pengangguran. Hakikatnya orang yang masih dikasih nafas di dunia ini mempunyai sesuatu yang dinamakan kebutuhan hidup. Semakin banyak fasilitas yang tersedia maka semakin besar pula kebutuhan hidup yang harus dipenuhinya. Sebaliknya semakin kecil fasilitas yang tersedia untuk kebutuhan hidup seseorang maka semakin besar pula usaha yang dikeluarkan untuk memenuhi fasilitas yang masih kecil tersebut. Justru inilah pekerjaan terberat bagi manusia ketika pola kehidupannya sebagaimana orang Jawa mengatakan kurang nriman.

Setidaknya kurang nrimannya manusia banyak dipengaruhi oleh keinginan, keinginan banyak dipengaruhi oleh